Kamis, 06 Oktober 2011

Di Balik Sebuah Bencana


situ-gintungHampir sepekan sudah, musibah jebolnya tanggul Situ Gintung Tangerang berlalu. Musibah yang diebut media sebagai “tsunami kecil”. Lebih dari seratus jiwa menemui ajalnya dalam peristiwa ini. Mereka hanyut, tenggelam terbawa arus.Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Belum lagi usai pemberitaan dari situ gintung, musibah berupa banjir bandang melanda Kabupaten Tanah DatarSumatra Barat. Kerugian harta benda, hilangnya rumah warga dan kehilangan anggota keluarga menjadikan peristiwa tersebut sebagai peristiwa yang memilukan. Bagaimana tidak, musibah ini musibah yang kesekian kalinya, silih berganti menimpa bangsa ini. Musibah seakan sudah bukan menjadi hal yang aneh lagi bagi bangsa Indonesia yang kebetulan terletak di daerah tropis. Daerah yang sering dikatakan sebagai daerah rawan bencana.
Bencana alam adalah salah satu dari berbagai jenis musibah yang menimpa umat manusia. Bencana alam, baik yang berupa gempa, banjir, badai dan lainnya telah Allahta’ala ciptakan sebagai cobaan atau adzab bagi umat manusia. Bencana banjir, gempa hebat dan lainnya tetap muncul sebagai rentetan peristiwa hidup dalam sejarah kaum Muslimin.
Kita sebagai kaum yang beriman, melihat musibah tersebut sebagai suatu Cobaan. Sebagian meyebutnya dengan “bala” yang berasal dari kata “ibtalaa” yang bermaknamenguji atau mencoba. Bala atau cobaan adalah sejenis ujian yang diberikan oleh Allahta’ala kepada Hamba-Nya untuk menguji tingkat keimanan mereka. Wujudnya bisa berupa kesusahan ataupun kesenangan. Bisa berupa petaka atau karunia.
Sebuah pepatah arab juga menyebutkan :
“bil balaa i yukramul mar u aw yuhaa nu”
Hanya dengan ujian, seorang akan diberi predikat sebagai orang yang mulia atau orang yang hina.
Seorang muslim dengan imannya boleh diibaratkan seperti sebongkah emas murni. Ia mampu menempatkan dirinya dengan nyaman jika suatu ketika harus berhadapan dengan aneka cobaan yang bagaimanapun wujudnya. Keimanan seorang mukmin membuat dera musibah dan hantaman bencana tak ubahnya elusan di pipi datau sapaan manja seorang anak kecil.
Dengan modal syukur dan tabah, cobaan terlihat indah di matanya. Cobaan dipandang sebagai sebuah pengalaman. Tahu artinya pahit, mengerti artinya manis, merasakan pahit getir dan asam garam kehidupan, menjadi jaminan bahwa seorang mukmin telah lulus ujian.
Sabagai kaum muslimin, kita tidak bisa menutup mata. Selain sebagai cobaan musibah yang terjadi bisa juga Allah ‘azza wa jalla turunkan sebagai azab di dunia. Kadang, terasa sulit bagi kita menarik benang merah untuk membedakan antara cobaan dan adzab. Keduanya berbeda secara nyata, namun secara sederhana dapat dikatakan : Ketika seseorang bersenang-senang, ia berada dalam ujian dan cobaan. Ketika bencana datang menerpa, ia sebenarnya juga sedang mendapatkan cobaan. Namun, jika seseorang bersenang-senang, berfoya-foya, tanpa pernah menyadari ia sedang duji Allah azza wa jalla, malah dengan nekad menabrak aturan-aturan Allah ta’ala, tidak mempedulikan hal-hal yang haram. Lalu, bencanapun datang. Tak ragu lagi, kalau bencana itu adzab baginya. Adzab diberikan ketika manusia telah tenggelam dalam buaian dunia, hidup hanya untuk bersenang-senang, melumuri hidup dengan kemaksiatan bahkan kekafiran.
Sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya :
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka gembira dengan apa yng telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am : 44 )
Musibah yang kerap melanda ini adalah sebuah ketetapan-ketetapan Allah azza wa jallayang harus diterima dengan kesabaran. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya : “Allah azza wa jalla kagum terhadap perkara kaum Muslimin. Sesungguhnya seluruh perkara mereka adalah baik. Jika mendapat nikmat maka dia bersyukur, sehingga itu baik baginya. Jika ditimpa musibah, maka dia bersabar, sehingga itu menjadi baik baginya.”
Selanjutnya, selayaknya kita sebagai seorang muslim untuk memohon ampunan atas segala dosa dan bersungguh-sungguh memohon supaya Allah ‘azza wa jallamenghilangkan musibah-musibah yang menimpa bangsa ini. Wallahu a’lam.



Tsunami: Lima Tahun Sudah Terlewati

2009 December 25
tsunami aceh

Ilustrasi : Google
Oleh Andri Mubarak
Hari itu 26 Desember, tanggal yang amat sangat terlampau bersejarah bagi bangsa ini, bukan tanggal proklamasi negara ini, bukan juga hari pelantikan presiden, para menteri apalagi anggota dewan yang terhormat, bukan juga hari wafatnya para pahlawan atau srikandi pemberani yang membela bangsa ini, tapi hari itu adalah hari dimana dunia tercengang melihat bencana yang maha dahsyat yang pernah terjadi di planet ini.
Semua terheran-heran, membisu, dan hanya bisa berkata, kekuatan apa yang mampu menghadirkan bencana sebegitu hebatnya?
Tsunami 26 Desember 2004, tepat 5 tahun silam adalah bencana yang memakan begitu banyak korban. Bayangkan, gempa yang berkekuatan 9, 3 SR ini tidak hanya meluluhlantakkan Aceh dan Nias saja, tapi juga melanda negara-negara lain seperti Bangladesh, India, Malaysia, Maldives, Myanmar, Singapura, Srilanka dan Thailand.
Memakan begitu banyak korban, menurut U.S. Geological Surveykorban tewas mencapai 283.100, 14.000 orang hilang dan 1,126,900 kehilangan tempat tinggal. Menurut PBB, korban 229.826 orang hilang dan 186.983 tewas.
Tsunami Samudra Hindia menjadi gempa dan Tsunami terburuk 10 tahun terakhir dan bencana ini adalah bencana kematian terbesar dalam sejarah peradaban manusia. Sungguh bencana yang di luar batas logika manusia.
Gempa yang berpusat kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer yang terjadi di pagi minggu yang hening ini tidak hanya memakan korban jiwa, tapi juga kehancuran, tidak hanya dari segi fisik, tapi juga dari segi psikologis, 50 % bangunan mengalami kehancuran, anak yang kehilangan orang tuanya, orang tua yang kehilangan anaknya, suami yang kehilangan istrinya begitu juga sebaliknya menimbulkan tekanan psikologis yang amat sangat kuat. Dunia seakan berakhir bagi mereka yang merasakan efek gempa dan tsunami. Sungguh Maha Besar Allah dengan segala nikmat-Nya.
Dunia seakan dibangunkan oleh gempa dan tsunami lima tahun silam tersebut, solidaritas dari berbagai penjuru dunia untuk merangkul Aceh dan Nias muncul dengan seketika. Dalam hitungan hari, begitu besar bantuan yang di dapat untuk segera membangun Aceh kembali.
Bantuan terus mengalir bagaikan mata air yang menjadi sumber kehidupan manusia. Tercatat begitu banyak negara di seluruh dunia yang turut aktif dalam penggalangan dana bahkan terjun langsung ke lapangan. Tidak hanya itu, perdamaian di Aceh pun terwujud pascatsunami, momentum yang telah ditunggu-tunggu sejak beberapa dekade silam.
Tidak ada lagi pertumpahan darah di Aceh, yang ada hanyalah senyuman perdamaian yang menghiasi bumi Iskandar Muda. Inilah potret hikmah dibalik bencana yang maha dahyat, tidak ada menyangka, pelan tapi pasti, Aceh mulai bangkit mengejar ketertinggalan.
mesjid ulee lheue
Mesjid yang masih berdiri tegak. Sumber foto Google
Kini, lima tahun sudah peristiwa itu meninggalkan kita semua. Masih terlintas di pikiran kita bagaimana masyarakat dunia bahu membahu membantu Aceh untuk kembali berdiri tegak menyongsong hari esok yang lebih baik. Bangunan–bangunan kini berdiri megah seolah-olah tidak pernah ada tsunami 5 tahun silam meluluhlantakkan Nanggroe tercinta ini.
Denyut nadi perekonomian kembali normal. Masyarakat kembali melaksanakan aktivitasnya seperti biasa. Pemerintahan berjalan dengan baik. Perdamaian terus memayungi kehidupan masyarakatnya. Pelajar dan mahasiswa kembali bisa menikmati indahnya dunia pendidikan. Syariat islam menjadi motor pergerakan kehidupan masyarakat Aceh secara keseluruhan. Aceh kini jauh berbeda dari Aceh yang dulu dikenal.
Hari ini, kita melihat begitu banyak hikmah yang diberikan oleh Allah dibalik sebuah bencana. Mari kita jadikan momentum 5 tahun tsunami menjadikan kita manusia-manusia yang semakin menghargai kehidupan.
Waktu yang telah diberikan, nyawa yang masih terkandung badan, udara yang masih bisa kita hirup adalah nikmat yang begitu besar yang masih diberikan Allah SWT. Manfaatkanlah hidup ini untuk menyebarkan senyuman dan kepedulian antar sesama. Amiin.
Hari itu minggu, 26 Desember 2004. Gelombang itu memecah keheningan, dahsyat, tanpa bekas.
* Kadiv Kersos SAMAN UI, Mahasiswa Teknik Industri 2009
sumber: http://aulia87.wordpress.com/about


Ts

1 komentar:

  1. Caesars completes acquisition of gaming company Caesars
    Caesars Entertainment completed its acquisition of 안산 출장샵 gaming company Caesars Entertainment in 충청남도 출장마사지 a $3.3 광주 출장샵 billion 포항 출장안마 deal. The deal 전라남도 출장마사지

    BalasHapus